Ascomycota
KARAKTERISTIK ASCOMYCOTA
Ascomycota
disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungi atau jamur yang
reproduksi seksualnya dengan membuat askospora di dalam askus (ascus = sac atau
kantung/pundi-pundi). Askus adalah semacam sporangium yang
menghasilkan askospora.
Beberapa
askus biasanya mengelompok dan berkumpul membentuk tubuh buah yang
disebut askorkarp atau askoma (kalau banyak
disebut askomata). Askomata bisa berbentuk mangkok, botol, atau seperti balon).
Hifa dari Ascomycotina umumnya monokariotik (uninukleat atau memiliki inti
tunggal) dan sel-sel yang dipisahkan oleh septa sederhana. Jadi,
askus merupakan struktur umum yang dimiliki oleh anggota Divisi Ascomycota.
Tubuhnya ada yang berupa uniseluler dan ada pula yang multiseluler. Hidup
sebagai saprofit dan parasit. Beberapa jenis diantaranya dapat juga
bersimbiosis dengan makhluk hidup ganggang hijau-biru dan ganggang hijau bersel
satu membentuk lumut kerak.
Hifa
adalah suatu struktur fungi berbentuk lubang menyerupai seuntai benang
panjangyang terbentuk dari pertumbuhan spora atau konidia (Gandjar, 2006).
Selain itu, terdapatt jenis jamur yang mempunyai hifa berlubang sehingga
protoplasma dan inti sel dapat mengalir dari satu sel ke sel yang lainnya.
Struktur tubuh jamur dari golongan Ascomycota ada yang multiselluler dan ada
yang uni selluler seperti pada ragi.
Hifa
Ascomycota umumnya tegak tegak pada miselium yang ada dipermukaan substrat yang
disebut hifa fertil, karena berperan untuk reproduksi. Hifa fertil dapat berupa
sporangiofor atau konidiofor atau korpus dengan tujuan agar penyebaran sel
reproduksi yang dibawanya berlangsung lebih mudah. Hifa-hifa yang sudah
terjalin menjadi suatu jaringan miselium yang makin lama makin tebal akan
membentuk suatu koloniyang dapat dilihat secara kasat mata.
Hifa
yang berseptum dan memiliki satu inti disebut hifa monositik, sedangkan hifa
yang tidak berseptum sehingga memiliki banyak inti disebut hifa senositik.
Fungi yang hifanya tidak berseptum baru membuat septum apabila fungi tersebut
akan membentuk suatu struktur yang akan dilepas dari tubuh utama atau apabila
fungi terpaksa membuat struktur tertentu untuk melindungi dirinya terhadap
keadaan yang kurang menguntungkan, misalnya dengan membentuk klamidospora.
Dinding
sel Ascomycota memberikan bentuk kepada sel dan melindungi isi sel dari lingkungan.
Meskipun kokoh, dinding sel tetap bersifat permiabel untuk nutrien-nutrien yang
dibutuhkan bagi kehidupan fungi. Komponen penting dinding sel sebagian besar
adalah kitin (Gandjar, 2006).
Septum
adalah suatu sekat yang membagi hifa menjadi kompartemen. Meskipun demikian
protoplasma sel masih saling berhubungan karena septum tersebut memiliki
lubang-lubang. Septum pada Ascomycota mengalai suatu pembengkakan disekeliling
pori septum membentuk seperti cincin besar. Ukuran pori septa berkisar 50-500nm
yang berfungsi sebagai transfer sitoplasma dan nutrisi antar septa, sehingga
mempercepat pertumbuhan hifa muda. Beberapa jenis Ascomycota mempunyai Woronin
body yang tersusun atas protein, berfungsi menutup pori dan menjaga sitoplasma
apabila terdapat jaringan yang rusak.
A.
Karakteristik Ascomycota
Secara umum,
karakteristik jamur yang termasuk dalam divisi Ascomycota antara lain sebagai
berikut.
Ć¼ Merupakan jamur sejati
(Eumycota) bersama dengan Basidiomycota dan Deuteromycota.
Ć¼ Bersel satu (uniseluler)
atau bersel banyak (multiseluler).
Ć¼ Ascomycota multiseluler
memiliki hifa bersekat
Ć¼ Dinding sel terbuat dari
kitin.
Ć¼ Bersifat heterotrof baik
sebagai saprofit maupun sebagai parasit dan ada yang bersimbiosis dengan
organisme lain.
Ć¼ Hifa bersekat-sekat dan
di tiap sel biasanya berinti satu (haploid).
Ć¼ Beberapa jenis
Ascomycota dapat bersimbiosis dengan ganggang hijau dan ganggang biru membentuk
lumut kerak.
Ć¼ Mempunyai alat pembentuk
spora yang disebut askus, yaitu suatu sel yang berupa gelembung atau tabung
tempat terbentuknya askospora. Askospora merupakan hasil dari reproduksi
generatif.
Ć¼ Askus memiliki bentuk
struktur yang mirip kantung.
Ć¼ Bentuk askokarp beragam
atau bervariasi, ada yang berbentuk seperti botol, mangkuk, dan bola.
Ć¼ Reproduksi dilakukan
secara seksual dan aseksual.
B. Ciri Khusus Divisi Ascomycota
-
Hifa bersepta dan dapat membentuk konidiofor
-
Secara vegetative dapat berkembang biak dengan potongan hifa
-
Pada beberaa jenis dapat menghasilkan konidia secara aseksual.
-
Dikenal sebagai jamur kantung
-
Penghasil askus
C.
Klasifikasi
Ascomycota terdiri dari
3 kelas yaitu Pezizomycotina (Euascomycetes), Saccharomycotina
(Saccharomycetes) dan Taphrinomycotina (Archiascomycetes).
1.
Pezizomycotina (Euascomycetes)
Merupakan kelas dengan jumlah anggota terbesar
dari Ascomycotina, beberapa genus anggotanya adalah Euascomycetes,Coelomycetes dan Hypomycetes. Anggota pada kelompok
ini mampu tumbuh di berbagai substrat dan bersifat parasite ataupun pathogen
serta berasosiasi pada tanaman,algae, dan binatang sedangkan saprofitik mampu
mendegradasi substrat oraganik.
Hypomycetes
2.
Saccharomycotina
Merupakan Ascomycota yang bersel tunggal atau
disebut sebagai khamir. Genus yang paling terkenal adalah Saccharomyces yang
banyak digunakan pada produk beralkohol ataupun pada pembuatan roti. Beberapa
dari anggota kelas ini bersifat pathogen misalnya Candida albicans.
Saccharomyces cereviseae
3.
Taphrinomycotina (Archiascomycetes)
Pada kelas ini mencakup lebih dari 100 spesies
yang pathogen bagi tanaman, Pneumocystis carinii merupakan penyebab pneumonia.
Spesies yang bermanfaat adalah Schizosaccharomyces pombe. Beberapa Ascomycetes
yang hidup di perariran laut adalah Decrospora gaudefroyi dll.
D.
Struktur Tubuh Ascomycota
Jamur Ascomycota
mempunyai talus yang terdiri dari miselium septat. Reproduksi seksualnya dengan
membentuk askospora di dalam askus, sedang aseksualnya dengan membentuk
konidium tunggal atau berantai pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor.
Kumpulan askus ini akan membentuk askokarp yang memiliki bentuk bervariasi dan
kebanyakan berbentuk cawan seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut ini.
Gambar: Askokarp berbentuk
cawan
E.
Cara Hidup Ascomycota
Ascomycota hidup sebagai
pengurai bahan organik khususnya dari tumbuhan atau sisa-sisa dari organisme
yang ada di dalam tanah dan juga di laut. Ascomycota bersel satu atau ragi
hidup di bahan yang mengandung gula atau karbohidrat, seperti singkong yang
menghasilkan tapai atau sari anggur yang digunakan untuk membuat minuman anggur
merah (wine). Sebagian jenis ada yang hidupnya sebagai parasit di
organisme lain.
Jamur morel atau Morchella
esculenta hidup dengan bersimbiosis mutualisme kepada tumbuhan dengan
membentuk mikoriza. Ascomycota dapat melindungi tumbuhan dari serangan hama
serangga dengan cara mengeluarkan racun bagi Ascomycota yang hidup di permukaan
sel mesofil daun. Terdapat sekitar 30.000 spesies atau separuh dari jumlah
spesies Ascomycota yang ada ditemukan hidup bersimbiosis dengan ganggang
membentuklichen (lumut kerak).
F.
Reproduksi
1. Reproduksi Aseksual Ascomycota
a. Ascomycota Uniseluler :
Reproduksi secara aseksual berdasarkan uniseluler yang dilakukan dengan
pembelahan sel atau pelepasan tunas dari sel induk. Tunas yang terlepas akan
menjadi sebuah sel jamur baru. Namun, bila tidak terlepas maka sel tunas akan
membentuk rantai pseudohifa (hifa semu).
b. Ascomycota Multiseluler :
Reproduksi
secara aseksual yang dilakukan dengan dua cara, yaitu fragmentasi hifa dan
pembentukan spora aseksual konidiospora. Hifa dewasa yang terputus akan tumbuh
menjadi sebuah hifa jamur baru. Hifa haploid (n) yang sudah dewasa akan
menghasilkan konidiofor (tangkai konidia). Pada ujung dari konidiofor akan terbentuk
spora yang diterbangkan angin yang disebut dengan konidia. Konidia memiliki
jumlah kromosom yang haploid (n). Konidia pada jamur Ascomycota berwarna-warni,
antara lain berwarna oranye, hitam, biru atau kecokelatan. Jika kondisi
lingkungan menguntungkan, maka konidia akan berkecambah menjadi hifa
yanghaploid.
2. Reproduksi Seksual Ascomycota
a. Ascomycota Uniseluler :
Reproduksi
Ascomycota uniseluler diawali dengan konjugasi atau penyatuan dua sel haploid
(n) yang berbeda jenis. Dari hasil penyatuan dengan menghasilkan zigot yang
berkromosom diploid (2n). Zigot tumbuh membesar menjadi askus yang diploid.
Inti (nukleus) diploid di dalam askus membelah secara miosis dengan
menghasilkan 4 inti yang berkromosom haploid (n). Di sekitar empat inti
tersebut, terbentuk dinding sel dengan 4 askospora didalam askus berkromosom
haploid (n). Jika askus sudah masak, maka selanjutnya askus akan pecah dengan
mengeluarkan askospora. Askospora akan tumbuh menjadi sel jamur baru yang
haploid (n).
b. Ascomycota Multiseluler :
Reproduksi
seksual jamur Ascomycota multiseluer adalah sebagai berikut...
1. Hifa
(+) dan hifa (-) yang masing-masing memiliki kromosom haploid yang berdekatan.
Hifa (+) membentuk askogonium (alat reproduksi betina), sedangkan hifa (-) dengan
membentuk anteridium (alat reproduksi jantan).
2. Askogonium
akan membentuk saluran yang menuju anteridium yang disebut dengan trikogin.
Melalui trikogin, terjadi proses plasmogami (peleburan sitoplasma). Askogonium
akan menerima nukelus yang berkromosom haploid dari anteridium sehingga
askogonium memiliki banyak inti dari keduanya (dikariotik).
3. Askogonium
akan tumbuh menjadi sebuah hifa dikariotik yang bercabang-cabang dan tergabung
dalam askokarp (tubuh buah).
4. Ujung-ujung
hifa pada askokarp akan membentuk askus dikariotik
5. Di
dalam aksus terjadi kariogami (peleburan inti) sehingga akan terbentuk inti
yang berkromosom diploid (2n).
6. Inti
diploid yang ada dalam askus akan membelah secara meiosis dengan menghasilkan 4
nukelus yang haploid (n).
7. Masing-masing
dari nukleus haploid akan membelah secara mitosis sehingga yang ada didalam
askus dengan terdapat 8 nukleus. Selanjutnya, dari sekitar nukleus akan
terbentuk dinding sel dan terbentuk askospora yang berkromosom haploid (n).
8. Jika
askus telah masak, maka askospora akan terbesar secara serentak. Hal ini akan
terjadi karena jika satu askus pecah maka akan berakibat pada pecahnya askus
lain.
9. Askospora
yang jatuh ditempat yang cocok akan berkecambah menjadi hifa baru yang haploid
(n). Hifa haploid akan tumbuh bercabang-cabang membentuk miselium yang haploid
(n).
G.
Siklus
Hidup Ascomycota
Siklus atau daur hidupa
Ascomycota dimulai dari dari askospora yang tumbuh menjadi benang (hifa) yang
bercabang-cabang (perhatikan gambar di bawah ini). Kemudian, salah satu dari
beberapa sel pada ujung hifa berdiferensiasi menjadi askogonium, yang ukurannya
lebih lebar dari hifa biasa. Sedangkan ujung hifa yang lainnya membentuk
Anteridium. Anteridium dan Askogonium tersebut letaknya berdekatan dan memiliki
sejumlah inti yang haploid.
Pada askogonium tumbuh
trikogin yang menghubungkan askogonium dengan anteredium. Melaui trikogin ini
inti dari anteredium pindah ke askogonium dan kemudian berpasangan dengan inti
pada askogonium. Selanjutnya pada askogonium tumbuh sejumlah hifa yang disebut
hifa askogonium. Inti-inti membelah secara mitosis dan tetap berpasangan.
Hifa askogonium tumbuh
membentuk septa bercabang. Bagian askogonium berinti banyak, sedangkan pada
bagian ujungnya berinti 2. Bagian ujung inilah yang akan tumbuh menjadi bakal
askus. Hifa askogonium ini kemudian berkembang disertai pertumbuhan miselium
vegetatif yang kompak, membentuk tubuh buah.
Dua inti pada bakal
askus membentuk inti diploid yang kemudian membelah secara meiosis untuk
menghasilkan 8 spora askus (askospora). Apabila askospora tersebut jatuh pada
lingkungan yang sesuai maka ia akan tumbuh membentuk hifa atau miselium baru.
H.
Peranan Ascomycota
a.
Sebagai
parasit atau saprofit.
Jamur
yang hidup sebagai parasit, dapat menimbulkan penyakit yang sangat merugikan
seperti pada tanaman tembakau, pepaya, karet, teh, cokelat, dan padi. Sedangkan
jamur saprofit hidup pada bahan makanan atau sampah.
b.
Sebagai
decomposer
Untuk
memecahkan materi organik seperti tumbuhan dan hewan yang sudah mati. Jamur
Ascomycota (dengan Fungi lain) dapat memecahkan molekul besar seperti selulosa
dan lignin, sehingga mereka memiliki peranan penting dalam siklus karbon. Tubuh
buah jamur kantong juga merupakan sumber makanan bagi berbagai makhluk hidup.
Organisme
ini juga dapat hidup bersimbiosis dengan organisme lain, khususnya alga hijau.
c.
Jamur
Ascomycota juga membentuk mikoriza
Mikoriza
adalah simbiosis antara jamur dengan akar tumbuhan, yang penting
untuk
pertumbuhan dan daya tahan tanaman. Ascomcota dapat memasuki korteks dari akar
tetapi tidak memasuki sitoplasma akar
tumbuhan. Ektomikoriza membentuk mantel pada bagian luar akar dan tumbuh
diantara dinding sel, sedangkan endomikoriza dapat
menembus
dinding sel. Keberadaan jamur ini membuat akar tumbuhan memiliki area
penyerapan yang lebih luas untuk mengambil mineral dari tanah. Beberapa jenis
ada yang hidup sebagai parasit pada organisme lain. Jamur morel (Morchella
esculenta) hidup bersimbiosis mutualisme dengan tumbuhan membentuk mikorhiza.
Manfaat lainnya :
Ć¼ Neurospora
crassa dan Neurospora sitophila adalah
jamur oncom yang memiliki spora dengan berwarna orange. Neurospora
crassa juga digunakan untuk penelitian genetika, karena daur hidup
seksualnya hanya sebentar.
Ć¼ Candida
albicans adalah hidup parasit pada jaringan epitel yang
lembap, seperti saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan alat kelamin wanita
atau penyebab keputihan.
Ć¼ Penicillum
notatum dan Penicillium chrysogenum adalah
jamur yang digunakan sebagai pembuatan antibiotik penisilin yang dilakukan
dengan cara mengekstraksi biakan cair. Kegunaan penisilin adalah untuk membasmi
bakteri, seperti bakteri Neisseria meningitidis, Streptococcus
pneumoniae danStaphylococcus sp.
Ć¼ Aspergillus
flavus adalah jamur yang pada umumnya hidup saproba
pada makanan dan biji-bijian. Koloni dari Aspergillus flavus menghasilkan
spora yang memiliki warna cokelat kehijauan atau kehitaman dan menyekresikan
senyawa aflatoksin yang bersifat racun bagi manusia.
Ć¼ Aspergillus
oryzae digunakan untuk mengempukkan adonan roti, dan
jamur tersebut dapat menghasilkan enzim protease.
Ć¼ Aspergillus
wentii berperan dalam dalam pembuatan sake, kecap,
tauco, asam sitrat, asam oksalat, dan asam format, serta penghasil enzim protease.
Ć¼ Aspegillus
niger dimanfaatkan untuk menghilangkan gas O2
dari sari buah, dan dapat menjernihkannya. Jamur tersebut juga dapat
menghasilkan enzim glukosa oksidase dan pektinase.
Ć¼ Aspergillus
fumigatus merupakan jamur yang dapat menyebabkan
penyakit kanker pada paru-paru burung.
Ć¼ Apergillus
nidulans hidup sebagai parasit pada telinga,
menyebabkan automikosis.
Ć¼ Piedraia
hortai menimbulkan infeksi pada rambut manusia.
I.
Contoh Spesies dan Karakteristiknya
1. Saccharmyces
cereviseae
Kingdom:
|
|
Division:
|
|
Class:
|
|
Order:
|
|
Family:
|
|
Genus:
|
|
Species:
|
S. cerevisiae
|
Saccharomyces
cerevisiae atau yang
dikenal dengan khamir adalah yeast sel tunggal eukaryotik berbentuk
bulat atau oval atau silinder, dengan ukuran 5-10 Āµm, terdapat 2 gen yaitu gen
mitokondria dan gen nukleus dengan panjang gen nukleus 12,1 Mbp, jumlah
kromosom 32 pasang, jumlah protein yang dikode sekitar 5800. S. cerevisiae
membentuk filamen sebagai respon dari kondisi lingkungan, bersifat fakultatif
anaerob dan hidup pada daerah yang mengandung gula. S. cerevisiae memiliki
spora yang dibentuk didalam askus disebut askospora. Perbanyakan sel
dengan cara pertunasan, sel yang muda lebih kecil dibanding sel induk.
Peran
penting S. cerevisiae.
Saccharomyces
cerevisiae memiliki
manfaat atau peran dalam fermentasi etanolis, produk utamanya adalah
etanol. S.cerevisiae digunakan dalam bidang fermentasi tradisional
seperti makanan dan minuman seperti tempe, tape, tuak, bahan-bahan kimia,
protein terapi, produk pharmaceutical agrikultur, biofuel, dan industri
enzim. Karakteristik S. cerevisiae apabila digunakan dalam fermentasi
yaitu sebagai berikut:
- Mampu tumbuh dengan cepat pada suatu substrat, mudah dibiakkan dalam jumlah besar dan mampu disimpan untuk jangka waktu yang lama.
- Kondisi lingkungan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan produksi maksimum secara komparatif sederhana.
- Stabil, dapat menghasilkan produk yang diinginkan dalam jangka waktu yang pendek tanpa menghasilkan produk sampingan yang bersifat racun. Produk yang diinginkan dapat dengan mudah dipisahkan dari senyawa atau bahan-bahan lainnya.
2. Neurospora
crasa
Klasifikasi:
Kingdom: Fungi
Phylum: Ascomycota
Subphylum: Pezizomycotina
Class: Ascomycetes
Order: Sordariales
Family: Sordariaceae
Genus: Neurospora
Dikenal
pula dengan nama ilmiahnya Neurospora sitophila (dahulu Monilia
sitophila). Nama Neurospora berasal dari kata neuron (= sel saraf),
karena guratan-guratan pada sporanya menyerupai bentuk akson. Jamur
oncom termasuk dalam kelompok kapang (jamur berbentuk filamen). Sebelum
diketahui perkembangbiakan secara seksualnya, jamur oncom masuk ke dalam
kelompok Deuteromycota, tetapi setelah diketahui fase seksualnya (teleomorph),
yaitu dengan pembentukan askus, maka jamur oncom masuk ke dalam golongan
Ascomycota.
Karakteristik Jamur Oncom
Neurospora crassa memiliki spora
berbentuk seperti urat saraf berloreng-loreng, sering terdapat pada
produk-produk bakeri dan menyebabkan kerusakan sehingga biasanya disebut bakery
mold atau red bread-mold. Neurospora crassa juga dikenal sebagai jamur oncom.
Dalam proses fermentasi jamur ini berkembang biak dan menjadikan makanan
berwarna kuning-kemerahan. Jika jamur ini menyerang laboratorium Mikologi atau
bakteriologi sebagai kontaminan, maka dapat menimbulkan bahaya pada kultur dan
sangat sulit untuk dihilangkan karena banyaknya jumlah konidia yang mudah
menyebar yang diproduksi dan karena pertumbuhannya yang sangat cepat.
Neurospora adalah organisme yang pertumbuhannya sangat cepat tetapi
askosporanya membutuhkan perlakuan khusus. Sel hifanya memiliki inti banyak
(multinukleat). Miseliumnya berpigmen dengan jumlah pigmen bervariasi,
tergantung substratumnya.
Neurospora crassa bersifat octosporous, hermaprodit dan heterotalik. Unsur
betinanya diwakili oleh protoperithecia, dimana setiap multinukleat askogonium
ditempelkan. Askogonia menghasilkan cabang hifa panjang yang berfungsi sebagai
trichogynes. Antheridia tidak dihasilkan. Unsur jantan diwakili oleh
mikrokonidia yang diproduksi dalam rantai di microconidiophores; sejenis
konidia, yang juga dapat menyalurkan nuclei ke receptive trichogynes. Dalam
spesies ini, ditemukan bahwa peran organ seks jantan tidak terlalu besar dan
fungsi seksual dikerjakan oleh bagian khusus dari thallus. Dikenal pula dengan
nama ilmiahnya Neurospora sitophila (dahulu Monilia sitophila). Nama
Neurospora berasal dari kata neuron (= sel saraf), karena guratan-guratan pada
sporanya menyerupai bentuk akson. Jamur oncom termasuk dalam
kelompok kapang (jamur berbentuk filamen). Sebelum diketahui perkembangbiakan
secara seksualnya, jamur oncom masuk ke dalam kelompok Deuteromycota, tetapi
setelah diketahui fase seksualnya (teleomorph), yaitu dengan pembentukan askus,
maka jamur oncom masuk ke dalam golongan Ascomycota.
- Jenis jamur ini (Neurospora sp.) di Jawa Barat mudah diperoleh dari oncom. Jamur ini dapat pula tumbuh subur pada tongkol jagung yang telah direbus dan diambil bijinya. Biarkan tongkol jagung itu selama beberapa hari, agar ditumbuhi Neurospora sp. dengan konidia yang berwarna jingga.
- Dwidjoseputro (1961) telah menemukan cara perkembangbiakan seksual jamur oncom, sehingga jamur oncom dimasukkan ke dalam Ascomycotina. Oleh karena itu, yang semula nama ilmiah jamur oncom itu Monilia sitophila diganti nama spe-siesnya menjadi Neurospora sitophila.
- Jika Neurospora sitophila jenis (+) bertemu dengan Neurospora sitophila jenis (-), maka terjadilah perkembang-biakan seksual kemudian terbentuklah askus yang berisi askospora. Askus-askus ini tubuh di dalam tubuh buah yang disebut peritesium . Tiap askus mengandung 8 askospora.
- Misellium septat, kemudian dapat pecah menjadi sel-sel yang terpisah.
- Miselium panjang dan bebas tumbuhdi atas permukaan
- Hifa aerial membawa konidia yang bertunas, berbentuk oval dan berwarna merah jambu serta orange-merah serta membentuk rantai bercabang pada ujungnya
3. Schizosaccharomyces
pombe
Kerajaan:
|
|
Divisi:
|
|
Kelas:
|
|
Ordo:
|
|
Famili:
|
|
Genus:
|
|
Spesies:
|
S.
pombe
|
Schizosaccharomyces pombe,
juga disebut "khamir fisi", adalah spesies khamir
yang digunakan dalam pembuatan bir tradisional dan sebagai organisme model
dalam biologi
molekuler dan biologi sel. S.
pombe adalah eukariota
uniseluler, yang selnya
berbentuk batang. Sel biasanya berdiameter 3 sampai 4 mikrometer
dan panjang 7 sampai 14 mikrometer. Genomnya, yang kira-kira 14,1 juta
pasangan basa, diperkirakan mengandung 4.970 gen pengkode protein dan setidaknya 450 RNA bukan pengode.
Sel-sel S. pombe mempertahankan
bentuknya dengan tumbuh secara eksklusif melalui ujung sel dan membelah dengan fisi
medial untuk menghasilkan dua sel anak dengan ukuran yang sama, yang membuat S.
pombe menjadi alat yang hebat dalam penelitian siklus sel
DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, I. (2006). Mikologi dasar dan terapan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Fifendy,Mades & Biomed,M. 2017. Mikrobiologi. Yogyakarta :
Kencana
Prastya,Eka.2018. PENAPISAN SENYAWA BIOAKTIF ASAL BAKTERI ASOSIASI SPONS
YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIOKSIDAN, ANTIGLIKASI DAN ANTIPENUAAN. Institut Pertanian Bogor Bogor : . Sekolah Pascasarjana
Ristiyani, e. Keanekaragaman jenis jamur makroskopis ascomycota pada hutan penelitian dan pendidikan universitas jambi di hutan harapan kabupaten batanghari sebagai bahan pengayaan praktikum mikologi. Jurnal keanekaragaman jenis jamur makroskopis ascomycota pada hutan penelitian dan pendidikan universitas jambi di hutan harapan kabupaten batanghari sebagai bahan pengayaan.
Ristiyani, e. Keanekaragaman jenis jamur makroskopis ascomycota pada hutan penelitian dan pendidikan universitas jambi di hutan harapan kabupaten batanghari sebagai bahan pengayaan praktikum mikologi. Jurnal keanekaragaman jenis jamur makroskopis ascomycota pada hutan penelitian dan pendidikan universitas jambi di hutan harapan kabupaten batanghari sebagai bahan pengayaan.
Komentar
Posting Komentar